Siddhi Medan

@SiddhiMedan

SiddhiMedan@yahoo.com

Siddhi Medan

Rabu

Sangha Dana Kathina Session 2014 berlangsung Sukses


Majelis Buddhayana Indonesia ( MBI ) sukses menyelenggarakan Sangha Dana Kathinakala 2014 yang merupakan program rutin tahunan MBI, kali ini Kathina Bersama diselenggarakan di di Regale Ballroom, Jalan H.Adam Malik No.66-68 Medan pada tanggal 02 November 2014 bersama dengan beberapa Badan Otonomnya seperti Wanita Buddhis Indonesia (WBI), Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia (SIDDHI), Sekber PMVBI / Pemuda Buddhayana. Perayaan yang dirayakan Umat Buddha sebagai bentuk bhakti kepada Sangha yang disebut juga Upacara Sangha-Dana. Sesuai dengan siaran pers yang disampaikan oleh Ketua Panitia Hasustan Kosim, acara ini akan diselenggarakan pada Minggu (02/11/2014), pukul 13.00 WIB  di Regale, Jl. H.Adam Malik No. 66-68 Medan.
Dijelaskan Ketua Panitia, Hasustan Kosim bahwa Perayaan Kathina merupakan perayaan masa berakhirnya musim hujan (Masa Vassa) di India Utara selama tiga bulan bagi para anggota Sangha. Selama itu para Bhikkhu tidak melakukan perjalanan untuk menghindari merusak atau menginjak tunas-tunas tanaman termasuk kemungkinan mengganggu kehidupan makhluk hidup yang lain. 
“Mereka hanya berdiam di Vihara dengan melaksanakan latihan diri dengan intensif, mematuhi peraturan kebhikkhuan atau Vinaya. Jadi masa kebhikkhuan justru dihitung dari  berapa Vassa yang sudah dijalani, bukan dari berapa lama ia menjadi Bhikkhu,” terang Hasustan Kosim.
Setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Pada masa tersebut, selama satu bulan dapat dipilih satu hari untuk menyelenggarakan upacara Kathina. Upacara ini  dapat digelar apabila di suatu Vihara terdapat paling sedikit 5 (lima) orang Bhikkhu yang menjalani masa vassa secara sempurna. Bila tidak terpenuhi, umat dapat mengadakan upacara “Sangha-dana di masa Kathina”. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha sehingga hari Kathina sering juga dikenal dengan Hari Sangha. Hubungan harmonis antara Bhikkhu Sangha dan umat awam seperti yang tercermin dalam masa Kathina ini dihadiri sekitar 2.000 umat dari kota Medan dan sekitarnya.

Sekitar 2000 umat turut hadir dalam Kegiatan Kathina yang diselenggarakan oleh MBI Kota Medan

Sekitar 36 Anggota Sangha turut hadir dalam Sangha Dana Kathina Session 2014 (Majelis Buddhayana Indonesia)
Kathina menjadi saat yang tepat untuk memberikan dukungan umat kepada sangha. Dengan memberikan dukungan kepada sangha maka mereka bisa belajar, berlatih dan akhirnya mengajarkan Dhamma kepada umat. Disamping itu Kathina juga menjadi saat yang baik buat anggota sangha untuk merenungkan kembali tujuan mereka memasuki kehidupan suci ini.

Kata sambutan oleh Ketua MBI Sumut - Romo Ony Hindra Kusuma
Ony Hindra Kusuma selaku ketua Majelis Buddhayana Indonesia Sumut mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung acara ini sehingga acara ini dapat berjalan dengan sukses baik pihak sponsor, panitia maupun pendukung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bahwa umat kota Medan telah mengambil moment yang baik ini untuk bersama melaksanakan kebajikan di ladang yang subur pada saat yang tepat yaitu bulan suci Kathina mempersembahkan dana kepada Sangha secara tulus, bahagia sebelum, saat dan setelah berdana sehingga diharapakan kebajikan besar ini dapat membuahkan kamma baik serta melimpahkan berkah, kebahagiaan dan kedamaian bagi semua umat dan semua mahkluk. (Sumber press release : Suwandi Cang)

Berikut beberapa cuplikan kegiatan Sangha Dana Kathina Session 2014, Check this out!!

Pembacaan Doa : Sangha Dana Kathina Session 2014 

Sangha Dana Kathina Session 2014 (Majelis Buddhayana Indonesia) turut dihadiri oleh salah satu wakil rakyat, Bp.Brilian Moktar (Paling depan, sebelah kiri)

Momen pemberian dana kathina dalam Sangha Dana Kathina Session 2014

 Pemberian Dana Kathina dari Romo Ony Hindra Kusuma selaku ketua MBI Sumut kepada
YM. Bhante Khemmanando Thera (sebelah kanan)

Salah satu anggota Panitia Dokumentasi dari MBI sedang memberikan Dana Kathina
Pemberian gelang oleh YM.Bhante Pannasami Thera kepada salah satu umat (anak kecil)
dalam Sangha Dana Kathina Session 2014
Dharmatalk pada Sangha Dana Kathina Session 2014 (Majelis Buddhayana Indonesia) menghadirkan "The Miracle of Giving" oleh YM. Bhante Khemmanando Thera.

Senin

What is Kathina?

Event Kathina oleh MBI (Majelis Buddhayana Indonesia) kota Medan baru saja berlalu dan telah berlangsung dengan sukses. Walau begitu ada baiknya kita mengenal lebih dekat lagi apa sih Kathina itu. Nah, untuk itu baca langsung deh. :)



Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari hubungan antar sesama, ia masih membutuhkan bantuan atau dukungan dan dorongan dari pihak lain. Demikian pula umat mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap para Bhikkhu, salah satunya adalah menyokong kebutuhannya, (Sigalovada Sutta, Diggha nikaya III, 31).

Apakah kebutuhan para Bhikkhu itu? Mengenai hal ini adalah empat macam kebutuhan pokok, yaitu: Sandang, pakaian (jubah), makanan, tempat tinggal dan obat-obatan, itu adalah kebutuhan yang pokok. Oleh karena itu para umat Buddha menyokongnya dengan cara berdana, seperti halnya pada hari Kathina. Setelah masa Vassa (berdiam di satu tempat selama tiga bulan pada musim hujan) selesai, ada hari yang disebut: Pavarana (mengundang) tiga bulan setelah Vassa pada bulan purnama, para Bhikkhu mengakhiri Vassa dengan mengadakan Pavarana bersama-sama, yaitu: saling mengundang Bhikkhu yang satu dengan yang lainnya untuk memberikan nasehat atau memberi maaf, barangkali ada kesalahan. Kemudian ada hari yang disebut: Berdana Kathina di dalam Ajaran Sang Buddha.

Ada beberapa pengertian tentang yang disebut berdana Kathina dengan sempurna, yaitu:
1. Di Vihara itu minimal ada 5 orang Bhikkhu yang berVassa.

2. Kelima orang Bhikkhu itu harus memasuki masa Vassa yang sama.

3. Harus menyelesaikan masa Vassa pada waktu yang sama dan sempurna.

4. Kathina itu harus diselenggarakan di Uposathagara.

5. Pada upacara itu, kelima orang Bhikkhu yang berVassa di vihara itu menerima persembahan Kathina dusam (kain pembuat jubah Kathina) yang dipersembahkan oleh umat.

6. Kelima orang Bhikkhu itu kemudian serentak membuat sangha kamma, memutuskan siapakah Bhikkhu yang berhak menerima jubah Kathina pada waktu itu.

Keputusan itu ditempuh dengan suatu cara prosedur yang demokratis. Seorang atau beberapa orang Bhikkhu mengajukan usul, bhikkhu yang lain memperkuat dan yang lain menyetujui. Dan akhirnya jubah Kathina itu diserahkan kepada Bhikkhu yang berhak untuk menerima. Bahan jubah itu harus dipotong, dijahit, dicelup pada hari itu juga dan sebelum fajar menyingsing, jubah harus sudah siap dan diserahkan kepada bhikkhu yang berhak. Inilah yang disebut Jubah Kathina, inilah Kathina puja yang sesungguhnya.

Demikianlah yang dijelaskan oleh Sang Buddha, betapa besar manfaat bagi seseorang yang bisa mempersembahkan Kathina dana, sebab Kathina dana tak dapat dipersembahkan setiap saat.

Kathina dana hanya bisa dipersembahkan di suatu vihara dan hanya berhak menyelenggarakan Kathina satu kali pada waktu tahun itu.

Pada upacara Kathina, selain mempersembahkan jubah kepada Sangha, para umat nampaknya juga mempersembahkan empat kebutuhan pokok bagi para Bhikkhu. Banyak umat yang tidak sempat mempersiapkan empat kebutuhan pokok ini, maka umat buddha menggantikan dengan wujud uang. Kita sebagai umat buddha tentunya perlu sekali mengerti dengan benar, bagaimana cara berdana yang baik itu. Dana yang diberikan seseorang akan menjadi dana yang bermanfaat, kalau berdana dengan baik dan benar.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Cetana-sampada

Kalau saudara Ingin berdana, hendaknya saudara mempunyai pikiran yang ikhlas, senang dan bahagia. Mengenai hal ini adalah:
Sebelum berdana merasa senang dan bahagia.
Pada waktu berdana merasa senang dan bahagia.
Sesudah berdana merasa senang dan bahagia.

Dari ketiga hal ini, yang paling penting adalah yang ketiga, Walaupun yang kesatu dan kedua juga penting.
Misalnya : sebelum berdana senang, waktu memberikan ikhlas, sesudahnya menyesal. Ini sangat disayangkan, karena mengurangi nilai kebaikannya. Didalam Kitab Suci dijelaskan, orang yang mempunyai kebiasaan seperti ini, waktu muda ia akan hidup makmur, kaya raya dan sejahtera. Tapi itu semua hanya bertahan separuh umur. Jaya hanya kira-kira sampai lima puluhan tahun, sesudah itu mengalami kemerosotan dan akhirnya menjadi miskin. Yang paling baik dan jasanya dapat bertahan lama adalah merasa bahagia, ikhlas, gembira dan bahagia, baik sebelum, pada saat maupun sesudah berdana.

2. Vatthu-sampada

Barang yang didanakan sebaiknya barang-barang yang bersih, yang didapat dari tidak melanggar Negara dan Agama dan dana ini haruslah baik, yang disebut Sami Dana. Janganlah berdana yang tak bisa dipergunakan lagi baik oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dana untuk para Bhikkhu, orang tua, guru, disebut: Puja Dana (dana sebagai persembahan perhormatan). Tidak sama dengan berdana untuk orang miskin, gelandangan, pegawai saudara, ini disebut: Anugaha Dana (berdana sebagai hadiah, sebagai anugerah).

3. Puggala-sampada

Berdana kepada siapa? Sang Buddha pernah dituduh seseorang: “Apakah benar Sang Bhagava mengajarkan bahwa berdana kepada orang tidak punya moral itu tidak ada gunanya?” Sang Buddha kemudian menjawab:“Aku tidak pernah mengatakan bahwa berdana tidak ada gunanya, meskipun orang membuang sisa-sisa dari satu panci atau mangkuk kedalam sebuah tambak atau telaga dan mengharap agar para makhluk hidup di dalamnya dapat memperoleh makanan, perbuatan inipun merupakan sumber dari kebaikan, apalagi dana yang diberikan kepada sesama manusia”.Inilah yang Tathagatha ajarkan, (Anguttaranikaya III, 57). Sang Buddha menyatakan: “Berdana kepada Sangha sangat besar jasanya”.

Di dalam Velumakkha-Sutta disebutkan: “Berdana kepada orang yang bermoral lebih besar jasanya daripada berdana kepada orang yang tidak punya moral. Kepada Sotapanna lebih besar dari orang yang bermoral. Kepada seorang Sakadagami lebih besar dari 100 Sotapanna. Kepada seorang Anagami lebih besar dari 100 Sakadagami. Kepada seorang Arahat lebih besar dari 100 Anagami. Kepada seorang Paccekka Buddha lebih besar dari 100 Arahat. Kepada seorang Sammasam-buddha lebih besar dari 100 Paccekka Buddha. Berdana kepada Sangha lebih besar jasanya dari berdana kepada seorang Samma-sambuddha. Dana kepada Sangha tak pernah sia-sia, sekalipun sampai seratus ribu kalpa lamanya”.

Berdana kepada sangha itu lebih besar manfaatnya, karena tidak mengenal favoritisme. Berbeda dengan berdana hanya untuk seorang bhikkhu, yang disebut: Puggala Dana (dana untuk individu). Sang Buddha juga menguraikan, masih ada yang lebih besar jasanya daripada berdana untuk Sangha, yaitu melaksanakan sila, sebagai orang awam menjalankan Pancasila lebih besar manfaatnya daripada Sangha Dana, yaitu meditasi sampai mencapai Jhana (tingkatan konsentrasi). Dan yang lebih besar lagi adalah meditasi Vipassana, karena meditasi Vipassana ini akan menumbuhkan Panna (kebijaksanaan). Dengan Panna inilah yang akan dapat membebaskan seseorang dari dukkha untuk selama-lamanya (mencapai kebebasan sempurna nibbana).

Sang Buddha pernah menyatakan, “Siapa yang suka berdana ia akan dicintai dan disukai”. Ini manfaat yang langsung dapat dipetik pada kehidupan sekarang ini.

Sedangkan manfaat yang dijelaskan dalam Nidhikhanda Sutta, Samyuta Nikaya I, 2: “Wajah cantik, suara merdu, kemolekkan dan kejelitaan, kekuasaan serta mempunyai banyak pengikut, semua itu dapat diperoleh dari pahala perbuatan baik, yaitu berdana”.

Ada kalanya, orang berdana hanya karena ingin dipuji dan dicintai, supada dapat terlahir dialam surga, supaya menjadi kaya dan mempunyai kekuasaan, maka orang itu hanya akan mendapatkan itu saja. Tetapi sesungguhnya ada tujuan yang tertinggi, yaitu untuk mengurangi keserakahan, kemelekatan, kekikiran, kebencian dan untuk dapat mencapai kebebasan (kesucian batin). Maka kalau cita-citanya tinggi seperti itu, tujuan yang tengah-tengah dan bawah pasti akan tercapai juga.

Orang yang tak suka berdana yang walaupun kecil atau sedikit, ia akan besar keserakahannya, ia akan mengumpulkan dan terus mengumpulkan, nama, kekayaan, pangkat dan pujian. Ia senang mengumpulkan, bahkan mengumpulkan problem, kesan yang tidak baik, pengalaman pahit, kemarahan, kejengkelan dan ketidaksenangan. Orang yang tidak suka berdana ia akan menderita, karena tidak suka melepas miliknya, ia akan semakin melekat, karena tidak bisa melepaskan segalanya. Padahal apa yang kita cintai, apa yang kita miliki toh akhirnya akan ditinggalkan, tidak ada sedikitpun yang dibawa ke alam sana, yang dibawa hanyalah kamma baik dan kamma buruknya. Makan tidak enak, tidur pun tak nyenyak dengan tidak melepas kesan yang buruk, problem yang berhubungan dengan sesama makhluk akan menumbuhkan kebencian dan dendam. Janganlah semua itu disimpan, dikumpulkan, tetapi buang lepaskan semuanya, maka kita akan merasa lega, tentram, damai dan bahagia.

Hidup ini sudah banyak macam persoalan alamiah, Sang Buddha mengatakan: “Hidup yang bagaimanapun bentuknya adalah dukkha, janganlah menambah persoalan ekstra, lepaskanlah semua itu”. Dan kita bisa mulai berlatih untuk melepas dengan meningkatkan kemurahan hati dan mengurangi kekikiran juga kemelekatan dengan berdana (memberi kepada mereka yang patut menerima). Dana bukan berarti hanya berupa materiil semata: uang, makanan dan barang. Tetapi bisa juga berupa moril: nasehat-nasehat, pertolongan, dorongan, perhatian dan pemberian maaf. Kalau orang yang tidak pernah berdana, maka suatu saat kalau jasa kebaikannya habis pasti ia akan menderita, seperti contoh: Orang punya kacang lima butir, tapi kacang itu hanya dinikmati dan dimakan semuanya. Maka kacang itu habis, akan tetapi kalau misalnya kacang itu disisihkan satu atau dua butir dan ditanam diladang yang baik dan subur, maka kelak jika kacang itu berbuah akan dapat ia nikmati. Seperti halnya orang yang berdana, itu bagaikan orang menanam bibit.

Orang berdana bagaikan menabung, yaitu menabung kamma baik yang akan bisa menolongnya dan yang akan menyelamatkannya.

Menurut Dhamma, memberi bukan berarti berkurang, namun memberi sesungguhnya adalah bertambah (bertambah kamma baiknya). Didalam Kitab Itivutaka, 18 Sang Buddha menjelaskan: “Seandainya semua makhluk mengetahui seperti Aku (Tathagatha) mengetahui tentang manfaat berdana, mereka tidak akan menikmati semua yang mereka miliki tanpa membaginya dengan makhluk lain (yang membutuhkan), juga tidak akan membiarkan noda kekikiran mengoda dan menetap didalam batinnya. Bahkan jika apa yang mereka miliki merupakan sedikit makanan terakhir yang dipunyai, mereka tidak akan menikmati tanpa membaginya (berdana), seandainya ada makhluk lain yang sangat membutuhkannya”.

Kita sebagai umat Buddha, mestinya harus mengerti manfaat yang paling besar dari berdana, yaitu: tidak hanya dipuji, terkenal, menjadi kaya dan terlahir di Alam Dewa. “Manfaat yang paling besar dari berdana adalah bebas dari kekotoran batin”. Kalau ada orang berdana (memberi bantuan) hanya ingin dipuji, maka itu adalah sangatlah rendah, apalagi bila keinginannya untuk dipuji itu tidak didapatkan, pasti kecewa dan menderita.

Menurut Dhamma, kalau seseorang ingin menjadi kaya, berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kerja keras, rajin, tekun, ulet, hemat (tidak boros), jujur dan banyak berbuat baik. Cita-cita itu pasti akan tercapai, karena itu adalah hukumnya.

"Kekayaan tidak bisa didapat hanya dengan cara memohon, berdoa dan sembahyang, 
namun kekayaan bisa didapat kalau orang bekerja atau berkarya 
menurut hukum kebenaran."