Berikut liputan khusus Team Media Komunikasi (Medkom) SIDDHI Medan bersama Hendra Lim (alias Momink) saat bertemu dengan beliau di Vihara Dharma-Cakra Buddhist Centre yang sedang memberikan workshop Public Speaking untuk Dharmaduta, Medan pada beberapa waktu silam :
 |
Hendra Lim (Momink) |
 |
Hendra Lim (Momink) bersama Team Medkom SIDDHI Medan |
Bagaimana pendapat pak Hendra Lim tentang Dharmaduta agama buddha di Indonesia pada umumnya?
Saya melihat bahwa semakin banyak generasi muda yang bertekad untuk ikut mengabdi, belajar untuk menjadi seorang dharmaduta yang baik. Kita perlu menambah semakin banyak orang yang berbagi dharma sekaligus juga meregenerasi senior-senior kita. Mengapa? Karena zaman berubah. Sehingga cara-cara untuk menyampaikan dharma harus dilakukan secara kreatif, dan menarik. Kalau dalam bahasa saya, menarik dan efektif itu inspiratif dan menyenangkan. Materinya inspiratif dan penyampaiannya menyenangkan. Dan di berbagai daerah mulai muncul pelatihan-pelatihan yang berusaha untuk melahirkan atau menciptakan dharmaduta-dharmaduta, khususnya dharmaduta muda yang baru. Dan kota Medan salah satunya, kota dengan lusinan vihara dimana-mana yang tentunya membutuhkan semakin banyak dharmaduta dan juga pandita.
Bagaimana pendapat pak Hendra Lim tentang Dharmaduta agama buddha, khususnya di kota Medan?
Kalau di kota Medan, seperti yang kita ketahui ada Lembaga Pemberdayaan Pandita dan Upacarika (LPPU) yang mana romo Tony selaku Ketua dan dibantu oleh teman-teman lainnya, mereka berupaya untuk mengirimkan para dharmaduta ke berbagai vihara. Dalam hal ini Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) propinsi Sumut dan MBI kota Medan menerapkan salah satu prinsip buddhayana yaitu Universal, dimana kalau vihara membutuhkan dharmaduta dan kalau kita bisa bantu, kita kirim dharmaduta kesana. Setahu saya, pelayanan ini hanya ada di kota Medan. Jakarta dulu ada tapi akhirnya berhenti. Jadi komitmen teman-teman di LPPU Medan dan MBI boleh kita bilang sangat besar untuk meneruskan tradisi ini. Ya tentu saja ada banyak kendala atau masalah, ya itu tantangan. Jadi itu uniknya kota Medan, setiap hari minggu itu setiap vihara mengadakan ceramah dharma pada saat/waktu yang sama sehingga kita membutuhkan banyak dharmaduta dan sangat baik dikoordinir oleh Wiriyanto, meskipun terpontang-panting. Juga ada pelayanan ke penjara/rumah tahanan sehingga kita melihat agama buddha akan semakin baik, jika donatur, orang-orang yang mempunyai arus kas yang berlebihan mau mendorong kegiatan-kegiatan ini. Jadi bukan hanya kegiatan buddhis yang sifatnya perayaan , peringatan besar-besaran saja.
Seperti yang kita ketahui, bapak telah 2 kali datang ke Dharma-Cakra Buddhist Centre (DCBC) Medan dalam rangka memberikan workshop Public Speaking kepada peserta pelatihan dharmaduta, bagaimana tanggapan bapak terhadap kegiatan ini?Oh ini sangat positif, saya sangat menunggu acara ini setiap tahun. Dan beruntunglah panitia masih percaya kepada saya dan Dr. Ponijan Liaw. Terima kasih juga kepada panitia yang telah berturut-turut mengundang kami. Sebelumnya MBI kota Medan juga pernah mengadakan di tahun 2011, lalu dilanjutkan oleh program DCBC atas inisiatif Y.M. Thera Pannasami, dan ini kali kedua. Dan pelaksanaan angkatan II ini kalau dari sisi peserta, saya senang dengan pesertanya yang tidak terlalu variatif dalam latar umur dan pendidikan, serta waktu untuk workshop saya lebih panjang dari tahun lalu. Jadi lebih terasa dan puas dengan hasil dicapai. Dan saya berharap ini diteruskan dalam artian pelatihan ini bisa sekali lagi menciptakan yang baru atau membuat kurikulum untuk mengembangkan yang sudah ada. Karena yang namanya menjadi seorang pembicara, dharmaduta, guru itu tidak pernah berhenti belajar. Ketika Anda berhenti belajar, anda berhenti berkembang, ketika anda berhenti berkembang maka anda berhenti menjadi manusia, itu dia yang penting. Apalagi setelah selesai dilantik atas wewenang dari bhante Pannasami , teman-teman diberi gelar DMd, itu harus dipertanggungjawabkan, sikap, prilaku dan pengetahuannya di masyarakat sudah harus berbeda.
Materi yang bapak berikan sungguh luar biasa bagi para peserta pelatihan dharmaduta muda di DCBC, apa harapan dan tips dari bapak untuk para peserta kedepannya?
Jadi kita kan belajar teknik menyiapkan materi ceramah yang 7 poin itu, ya terapkan saja. Biasanya orang baru, mau belajar cepat, apakah ada jalan pintasnya? Jawabannya tidak ada. Dibalik setiap presentasi yang hebat dan luar biasa, disitu ada juga persiapan yang hebat dan
luar biasa. Persiapan itu yang kita latih kemarin, yang kurang lebih selama lebih dari 3 jam itu kita berlatih menyiapkan materi, nah itu harapan saya diterapkan. Kalau Anda potong kompas/jalan, lalu merasa tidak berkembang, ya balik lagi ke metodenya.
Kebetulan dari SIDDHI medan yang merupakan badan otonom dari MBI, ada beberapa Siddhiers (aktivis SIDDI) Medan yang ikut menjadi peserta maupun terlibat dalam panitia pelatihan dharmaduta muda DCBC ini, bagaimana pandangan bapak terhadap SIDDHI medan dan masukan apa saja untuk pengembangan SIDDHI Medan kedepannya?
SIDDHI (Sarjana & Profesional Buddhis Indonesia) kota Medan merupakan salah satu organisasi yang saya sangat support, dalam pengertian, kalau saya berkaca dengan pengembangan agama buddha di luar negri, khususnya malaysia dan singapore, itu ada suatu kelompok yang dinamakan Buddhist Fellowship Indonesia (BFI), BFI di jakarta sekarang sudah mulai ada. Isinya itu banyak teman-teman yang profesional. Mereka berkumpul dan mengembangkan dirinya, kompetensinya, melalui buddha dharma ataupun keterampilan dan pengetahuan yang kontemporer. Seperti yang kita ketahui, SIDDHI menyelenggarakan pelatihan NLP for Leadership, dan juga pelatihan Jurnalistik, tapi kita harus tahu bahwa itu harus dibarengi dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat spiritual. Meskipun pada ujungnya peserta itu tidak akan banyak. Kita bicara kelas retret meditasi 7 hari, peserta yang ikut tidak akan ada 1000 orang, 10 orang saja sudah syukur. Tapi kita harus tetap ingat jati diri bahwa kita adalah organisasi spiritual kepemudaan, bukan organisasi kepemudaan yang spiritual. Jadi spiritualitas itu yang duluan. Sehingga SIDDHI itu bisa menyeimbangkan kegiatan yang spiritual maupun yang diluar spiritual. Jadi anggota SIDDHI medan, kalau pakai bahasa buddhisnya wise and compassion sehingga imbang. Wise saja tidak cukup, harus compassion. Compassion juga harus dibarengi dengan wise.
Narasumber : Hendra Lim, M.Pd (alias Momink)- Speaker & Trainer di Pusat Pelatihan Agama Buddha Indonesia
- Dosen di Binus University; dan
- Ketua Lembaga PSDM di Majelis Buddhayana Indonesia Pusat
Diliput oleh : Team Media Komunikasi SIDDHI Medan (19 Okt'2014)